Nama Jurug
Lorejo barangkali masih terdengar asing di telinga kita. Demikian pula
dengan saya yang awalnya hanya pernah mendengar adanya sebuah air terjun yang
ada di desa Lorejo, hal itu membuat saya
sangat penasaran dan ingin berkunjung ke tempat itu, hingga akhirnya saya baru
mengerti ketika berkunjung kesana. Ternyata Jurug Lorejo ini merupakan sebuah
air terjun yang berada di desa Lorejo yang sangat jarang didatangi oleh
pengunjung.
Berawal dari kebimbangan mengisi waktu luang dan
menghilangkan penat setelah ujian akhir semester, saya dan teman-teman
berencana untuk berpetualang mengunjungi berbagai tempat-tempat wisata baru di
wilayah kecamatan Bakung yang ramai dibicarakan di media sosial. Hal ini
membuat kami memberanikan diri meminta izin dari pihak sekolah untuk melakukan
kunjungan itu, hingga akhirnya kami mendapat izin dan berhasil mengunjungi
beberapa tempat yaitu: air terjun Tirto Galuh, air terjun Taman Gua Luweng, dan
air terjun Jurug Lorejo.
Air terjun Jurug Lorejo, air terjun ini
terletak sangat jauh dari rumah penduduk dan untuk sampai ke tempat ini sangat
memerlukan perjuangan karena kita harus turun ke bukit melalui jalan setapak, ladang milik warga,
dan lereng terjal yang hanya dapat dilalui oleh satu orang yang terlihat sudah
jarang dilalui orang, mungkin hal inilah yang membuat ait terjun Jurug Lorejo
ini belum dikenal oleh banyak orang. Namun, perjuangan saya dan teman-teman
untuk sampai ke air terjun ini tidak cukup dengan itu semua karena kami salah
memilih jalur, bukanlah sampai di air terjun melainkan sampai di hilir sungai,
sehingga kami harus mencari jalan sendiri menelusuri sungai bahkan harus
menaiki batu-batu yang besar. Dari hilir ini terlihat air terjun yang tinggi
dan menakjubkan meski sedikit tertutup oleh dedaunan dan ranting pohon yang ada
di pinggiran sungai.
Sesampainya di air terjun kita dapat
memanjakan mata dengan keindahan air terjun yang menjulang tinggi dan suasana
yang masih alami, dengan lereng-lereng yang mengitari air terjun yang ditumbuhi
pepohonan rindang. Di sekitar air terjun banyak sekali tumbuh tumbuhan paku dan
bunga anggrek yang biasa disebut sebagai anggrek hutan. Sungguh menakjubkan di
area air terjun seakan-akan terdapat beberapa anak tangga buatan manusia yang sebenarnya
terbentuk dari endapan air yang mengandung banyak zat kapur, anak tangga ini
panjang melingkar mengelilingi area sekitar air terjun. Sungguh disayangkan
saya dan teman-teman berkunjung disaat musim kemarau, sahingga air yang
biasanya memenuhi area bawah air terjun menjadi mengering. Hal ini juga
mengakibatkan area sekitar terlihat kumuh dengan air yang hanya menggenangi
area air terjun dan menjadi media pertumbuhan yang baik untuk lumut. Selain
karena air mengering hal yang
disayangkan pula adalah ketidak pedulian masyarakat dengan adanya potensi yang
dimiliki oleh air terjun ini, sehingga air terjun ini dibiarkan begitu saja dan
menjadi tampak seperti hutan belantara.
Apabila saat itu air disana tidak mengering
pasti akan jauh lebih indah, pemandangan yang masih sangat alami dengan udara
yang sejuk, pepohonan yang rindang, dan air yang dapat mengalir jernih sungguh
akan memanjakan mata dan dapat mengurangi penat yang menjadi beban. Seandainya
saja masyarakat lebih peduli dengan adanya potensi air terjun ini setidaknya
dengan membersihkan area air terjun dan membuka jalan di lereng untuk menuju ke
bawah air terjun dengan cara membersihkan tumbuhan-tumbuhan liar yang tidak
berguna, munkin itu dapat menarik perhatian dari masyarakat sehingga air terjun
ini dapat menjadi sasaran baru bagi para petualang.
Sungguh petualangan kali ini sangat menantang,
bagaimana tidak kita harus mencari jalan sendiri untuk sampai ke bawah air terjun,
melaui bebatuan tinggi dan lereng yang curam. Belum lagi saat kita harus naik
bukit dengan jalur yang berliku-liku untuk pulang dan itu lebih melelahkan
dibanding dengan saat kita menuruninya.
Walaupun banyak kekurangan untuk menuju tempat ini dan kita berkunjung disaat
yang tidak tepat, tidak dapat dipungkiri air terjun Jurug Lorejo ini sangat
menakjubkan, pemandangan yang masih alami dengan suasana seperti di hutan dan
batuan-batuan yang terbentuk oleh endapan air kapur.(Blitarkab)
betul mas..pas plg kmaren (10/01/16) saya merasakan panas "sumuk" yg sangat di Ds. Lorejo tercinta, karena kesadaran masy yg kurang akan lingkungan..suasana desa yg dulu asri dan hijau, kini berubah mjd ruko2/toko2 (jika saya menilai jualannya jg kurang laku karena banyak tokonya ketimbang pembelinya), pohon2 banyak yg ditebangi hanya sekedar utk membangun rmh besar mewah termakan kesombongan..itu semua mengakibatkan uadara yg panas, bahkan sy dengar hujan pun tidak turun selama kurang lebih 20 hari, sumber air mengering, tanaman mati gagal panen.. saya mohon kpd smua masy, pemerintah Desa, Kecamatan dan Daerah..tolong kembalikan keasrian Desa kelahiran Ku Lorejo yg dulu.. "Cintailah alam, maka alam akan mencintai kita"
ReplyDeleteNgeh pak semoga desa Lorejo, Bakung bisa menjadi destinasi wisata yang asri...kesadaran masyarakat menjadi faktor utama yang mempengaruhi terciptanya suasana yg asri dan hijau.
Delete